Orang Amerika Terpecah Karena Pernikahan Sesama Jenis, Pengecualian Kebebasan Beragama
WASHINGTON – Masyarakat Amerika Serikat mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai kasus Mahkamah Agung yang melegalkan pernikahan sesama jenis secara nasional, menurut jajak pendapat Associated Press-GfK.
Banyak yang berpendapat bahwa pejabat daerah yang memiliki keberatan agama untuk menikahi pasangan gay dan lesbian seharusnya dikecualikan dari penerbitan izin.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang opini publik mengenai pernikahan sesama jenis dan kebebasan beragama:
DIVISI KASUS PENGADILAN
Sebanyak 39 persen menyetujui putusan MA dan 41 persen tidak menyetujui. Tambahan 18 persen tidak menyetujui atau tidak menyetujui.
Para responden berbeda pendapat mengenai diperbolehkannya pernikahan sesama jenis di negara bagian mereka, dengan 42 persen mendukung dan 40 persen menentang.
Jajak pendapat tersebut tidak menemukan lonjakan dukungan terhadap pernikahan sesama jenis sejak keputusan pengadilan pada 26 Juni lalu. Bahkan, dukungan telah sedikit menurun sejak bulan April, ketika 48 persen mengatakan mereka mendukung jajak pendapat AP-GfK lainnya. Jajak pendapat sebelumnya yang dilakukan pada bulan Januari dan Februari menemukan bahwa 44 persen mendukung pernikahan sesama jenis.
___
MEDAN PERTEMPURAN BARU
Ketika hak pernikahan bagi pasangan gay menjadi undang-undang yang ditetapkan, terjadi perpecahan mengenai bagaimana hukum harus menangani mereka yang memiliki keberatan agama terhadap pernikahan sesama jenis.
Ketika keduanya berkonflik, 56 persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa lebih penting bagi pemerintah untuk melindungi kebebasan beragama, sementara 39 persen mengatakan lebih penting untuk melindungi hak-hak kaum gay dan lesbian.
Ada perbedaan pendapat mengenai apakah pejabat yang mengeluarkan surat nikah boleh mengatakan tidak kepada pasangan gay dan lesbian karena keberatan agama. Hampir setengahnya mengatakan bahwa para pejabat tersebut tidak perlu mengeluarkan izin, jumlah yang hampir sama dengan mereka yang mengatakan bahwa mereka harus mengeluarkan izin tersebut.
59 persen juga berpendapat bahwa bisnis yang berhubungan dengan pernikahan harus diizinkan untuk menolak memberikan layanan kepada pasangan sesama jenis, naik dari 52 persen pada jajak pendapat sebelumnya. Sebagai perbandingan, 46 persen mengatakan dunia usaha secara umum harus diperbolehkan menolak layanan karena keyakinan agama mereka, sementara 51 persen mengatakan hal itu tidak boleh diizinkan.
___
PERBEDAAN AGAMA
Anggota denominasi Protestan yang menggambarkan diri mereka sendiri lebih cenderung menentang pernikahan sesama jenis daripada mendukungnya, yaitu sebesar 52 persen berbanding 32 persen.
Katolik lebih cenderung unggul dibandingkan melawan, 48-32. Tujuh dari 10 umat Kristen Evangelis menentang diperbolehkannya pasangan sesama jenis untuk menikah secara sah. Di sisi lain, 56 persen dari mereka yang bukan anggota denominasi agama tertentu mengatakan bahwa mereka mendukung hal tersebut.
Selain itu, 60 persen umat Protestan, 48 persen Katolik, dan 76 persen umat Evangelis mengatakan pejabat daerah tidak boleh mengeluarkan surat nikah kepada pasangan sesama jenis. Hanya 37 persen dari mereka yang tidak memiliki afiliasi agama setuju.
___
BAGIAN SEBAGIAN TAJAM
Survei tersebut menemukan adanya kesenjangan besar antara Partai Demokrat dan Republik.
Misalnya saja, 65 persen dari anggota Partai Demokrat, namun hanya 22 persen dari anggota Partai Republik, mendukung diperbolehkannya pasangan sesama jenis untuk menikah secara sah di negara bagian mereka.
Mayoritas anggota Partai Demokrat mengatakan lebih penting bagi pemerintah untuk melindungi hak-hak kaum gay, yaitu 64 persen berbanding 32 persen. Kebanyakan anggota Partai Republik mengatakan bahwa melindungi kebebasan beragama lebih penting daripada hak-hak kaum gay, 82-17.
Dan 7 dari 10 anggota Partai Republik, namun hanya 3 dari 10 anggota Partai Demokrat, mengatakan pejabat daerah yang memiliki keberatan agama harus dikecualikan dari penerbitan surat nikah.
___
Jajak pendapat AP-GfK terhadap 1.004 orang dewasa dilakukan secara online dari tanggal 9 hingga 13 Juli, menggunakan sampel yang diambil dari KnowledgePanel berbasis probabilitas GfK, yang dirancang untuk mewakili populasi AS. Margin kesalahan pengambilan sampel seluruh responden adalah plus minus 3,4 poin persentase. Responden pertama-tama dipilih secara acak menggunakan metode survei telepon atau pos, dan kemudian diwawancarai secara online. Orang-orang yang terpilih untuk KnowledgePanel dan yang tidak memiliki akses ke Internet diberikan akses gratis.
___
On line:
Jajak Pendapat AP-GfK: http://www.ap-gfkpoll.com