Israel ‘menyiapkan isyarat perdamaian’ untuk Palestina
YERUSALEM (AFP) – Militer Israel sedang bersiap untuk mencabut sejumlah pembatasan terhadap pergerakan warga Palestina menjelang kemungkinan perundingan perdamaian baru, kata radio militer pada Kamis.
“Tampaknya masa depan perundingan antara Israel dan Palestina akan ditentukan dalam beberapa hari ke depan,” lapor reporternya untuk wilayah Palestina.
“Mengingat penilaian keamanan, dua jalan di daerah tersebut diperkirakan akan segera dibuka untuk lalu lintas warga Palestina; satu di utara Ramallah dan satu lagi di dekat Beit Haggai,” tambahnya, merujuk pada pemukiman di dekat kota Hebron di Tepi Barat selatan.
Radio tersebut mengutip kantor juru bicara militer yang mengatakan bahwa rencana tersebut merupakan isyarat untuk menyambut bulan puasa Ramadhan dan tidak terkait dengan upaya perdamaian.
Kantor tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar AFP.
Presiden Palestina Mahmud Abbas akan bertemu dengan para anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Ramallah, Tepi Barat, Kamis malam, untuk memberi penjelasan mengenai pertemuannya di Yordania dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, kata seorang pejabat Palestina.
Kerry hari Rabu mengatakan bahwa diplomasi intensnya dalam enam kunjungan ke Timur Tengah membuahkan hasil dan mempersempit kesenjangan antara Israel dan Palestina.
Palestina mengatakan mereka tidak akan melanjutkan perundingan perdamaian, yang telah terhenti selama hampir tiga tahun, sampai Israel setuju untuk memulihkan perbatasan yang ada sebelum perang Timur Tengah tahun 1967, ketika Israel mencaplok Jalur Gaza dan Tepi Barat sebuah garis dasar.
Mereka mengatakan Israel harus membekukan semua pembangunan permukiman di wilayah pendudukan, termasuk di Yerusalem timur, yang dianeksasi Israel dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.
Israel menolak “kondisi” seperti itu.
Menteri Pembangunan Daerah Silvan Shalom mengatakan kepada radio bahwa pelonggaran pembatasan tertentu terhadap kehidupan sehari-hari warga Palestina tidak berarti tunduk pada kondisi yang ada.
“Saya pikir dalam kerangka perundingan terbuka, jika kita melakukan apa yang dikenal sebagai langkah-langkah membangun kepercayaan yang tidak membahayakan keamanan, hal-hal seperti itu selalu mungkin terjadi dalam konteks yang lebih luas,” ujarnya.
“Jika menurut penilaian petugas keamanan hal seperti ini tidak membahayakan keamanan, maka tentu saja kami memiliki kemungkinan untuk melakukannya.”