Poin-poin penting yang masih menjadi kendala saat negara-negara menegosiasikan kesepakatan iklim PBB yang baru
PARIS – Sekitar 180 negara telah mengajukan rencana untuk mengurangi atau mengekang emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan iklim.
Ini merupakan langkah maju yang besar bagi perundingan iklim PBB, namun sejumlah permasalahan sulit masih perlu diselesaikan sebelum perjanjian iklim baru dapat diadopsi di Paris.
Berikut ini beberapa yang paling penting:
___
DINDING KEBAKARAN
Perjanjian iklim sebelumnya, Protokol Kyoto tahun 1997, membagi dunia menjadi negara maju dan negara berkembang dan hanya mewajibkan negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
AS, Uni Eropa dan negara-negara maju lainnya mengatakan saat ini semua negara harus ikut serta dan bahwa firewall kaya-miskin sudah ketinggalan zaman, karena mereka mengklasifikasikan negara-negara seperti Qatar, negara terkaya per kapita di dunia, sebagai negara berkembang.
Meskipun dalam praktiknya hampir semua negara memasuki era baru dengan mengajukan janji emisi mereka sendiri, India dan banyak negara lainnya menginginkan Perjanjian Paris memperjelas bahwa negara-negara maju mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk melawan pemanasan global.
Pertikaian terbesar di Paris diperkirakan akan terjadi seputar masalah ini, yang mungkin merupakan masalah terakhir yang bisa diselesaikan.
___
KEUANGAN DAN TEKNOLOGI
Sekalipun perjanjian tersebut mengharuskan semua negara untuk mengurangi emisi mereka, banyak negara tidak akan mampu melakukannya tanpa bantuan.
Negara-negara berkembang membutuhkan uang dan teknologi untuk beralih ke sumber energi ramah lingkungan seperti tenaga surya dan angin. Mereka juga meminta dana untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, yang akan terus berlanjut selama beberapa dekade bahkan jika emisi berhenti sekarang.
Negara-negara maju bersedia membantu, namun enggan membuat komitmen tegas. Mereka juga ingin memperluas kelompok donor hingga mencakup negara-negara berkembang paling maju seperti Tiongkok – yang sekali lagi menantang firewall tersebut.
___
HINCKIE AMERIKA
Di Paris, banyak negara, termasuk Uni Eropa, mendorong perjanjian yang mengikat secara hukum.
Amerika mempunyai masalah dengan hal itu, karena perjanjian internasional yang memberlakukan batas emisi di Amerika kemungkinan besar tidak akan disetujui oleh Kongres yang dikuasai Partai Republik.
Para perunding mencoba untuk menemukan kompromi dimana bagian-bagian dari kesepakatan tersebut bersifat mengikat dan bagian-bagian lainnya, seperti target emisi, tidak mengikat. Hal ini memungkinkan Presiden Barack Obama untuk menyetujui perjanjian tersebut tanpa harus pergi ke Kongres.
Namun mereka yang menginginkan kesepakatan yang kuat khawatir bahwa kesepakatan tersebut tidak akan membuahkan hasil. Ada pula yang mengatakan bahwa seluruh dunia tidak bisa diharapkan untuk menyesuaikan perjanjian tersebut dengan situasi politik di satu negara.
___
TUJUAN JANGKA PANJANG
Banyak negara menginginkan perjanjian tersebut mencakup tujuan jangka panjang yang menjelaskan apa yang ingin mereka capai.
Cara mengejanya pun sangat sulit.
Produsen minyak besar seperti Arab Saudi tidak menginginkan pernyataan yang menyarankan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap.
Rancangan perjanjian saat ini berisi beberapa pilihan, termasuk “dekarbonisasi ekonomi global” atau mencapai “netralitas iklim” atau “net zero emisi” pada tahun 2050 atau setelahnya. Hal ini tidak berarti lebih banyak emisi yang dapat diserap dunia secara alami.
___
KERUGIAN DAN KERUSAKAN
Negara-negara kepulauan kecil yang sangat rentan terhadap perubahan iklim mengatakan bahwa harus ada mekanisme dalam perjanjian Paris yang menangani dampak iklim yang tidak dapat mereka adaptasi sepenuhnya, seperti naiknya permukaan air laut dan badai yang lebih dahsyat.
Persoalan yang disebut dengan kerugian dan kerusakan ini membuat AS dan negara-negara kaya lainnya merasa tidak nyaman karena khawatir hal tersebut dapat membuka jalan bagi tuntutan kompensasi dan akuntabilitas dari negara-negara yang terkena bencana terkait iklim.
Diperkirakan akan terjadi perselisihan di Paris antara pulau-pulau kecil dan negara-negara kaya mengenai bagaimana mencerminkan kerugian dan kerusakan dalam perjanjian Paris, termasuk apakah semua hal tersebut harus disebutkan dalam perjanjian nuklir.