PM India tiba di Inggris untuk kunjungan resmi yang mewah, termasuk makan siang bersama Ratu
LONDON – Inggris menggelar karpet merah untuk Perdana Menteri India Narendra Modi, yang akan berpidato di depan parlemen dan makan siang bersama Ratu Elizabeth II selama kunjungan resmi dua hari mulai Kamis.
Modi disuguhi kemegahan Inggris dalam perjalanannya yang dilakukan di tengah meningkatnya masalah di dalam negeri, di mana pertumbuhan ekonomi melambat dan kritik politik meningkat.
Dia akan disambut dengan upacara militer, mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri David Cameron dan berpidato di parlemen pada hari Kamis. Pada hari Jumat, ia akan makan siang bersama Ratu dan mengadakan rapat umum mewah, lengkap dengan kembang api, untuk ribuan pendukung di Stadion Wembley London.
Kelompok Sikh dan aktivis hak asasi manusia berencana memprotes penampilan Modi, seorang nasionalis Hindu yang dituduh gagal menghentikan meningkatnya intoleransi dan kekerasan agama di India.
India dan Inggris memiliki hubungan yang erat dan kompleks sejak masa Inggris sebagai penguasa kolonial hingga pertengahan abad ke-20. Saat ini, Inggris sangat menginginkan akses yang lebih besar terhadap perekonomian India yang berkembang pesat dan pasar yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa.
Perusahaan-perusahaan India juga telah melakukan investasi besar di Inggris, termasuk kepemilikan Tata Motors atas produsen mobil Jaguar Land Rover.
Kantor Cameron di Downing St. mengatakan pada hari Kamis bahwa kedua negara diperkirakan akan menandatangani perjanjian perdagangan senilai miliaran pound (dolar) selama kunjungan Modi, termasuk rencana untuk distrik keuangan London menjadi pusat obligasi rupee asing.
“Ini bukan sekadar kunjungan bersejarah; ini adalah peristiwa bersejarah,” kata Cameron, seraya menyebut India dan Inggris sebagai “dua negara yang terikat oleh sejarah, masyarakat, dan nilai-nilai.”
Modi berkuasa pada tahun 2014 dengan janji untuk mengembangkan perekonomian India dan memberantas korupsi dan ketidakmampuan yang melumpuhkan pemerintahan sebelumnya.
Namun Partai Bharatiya Janata yang dipimpinnya baru-baru ini melakukan perombakan dalam pemilihan umum negara bagian yang dianggap sebagai referendum mengenai popularitas Modi. Dan pertumbuhan ekonomi India melambat, meski masih melampaui sebagian besar negara-negara lain di dunia.
Modi tidak selalu diterima di London. Inggris dan Amerika Serikat sama-sama melarangnya setelah kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2002 yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang di negara bagian Gujarat, India barat, di mana Modi saat itu menjabat sebagai pejabat tinggi.
Para pemimpin Muslim dan kelompok hak asasi manusia mengatakan Modi tidak berbuat banyak untuk menghentikan kekerasan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Modi. Mahkamah Agung India mengatakan tidak menemukan bukti untuk menuntutnya atas kekerasan tersebut.