2 Anggota Parlemen Partai Demokrat Bergerak untuk Memberikan Lebih Banyak Hak Aborsi kepada Wanita Prajurit
Dua anggota parlemen dari Partai Demokrat menyerukan Kongres untuk mengesahkan undang-undang yang akan melegalkan penggunaan dana federal untuk membayar aborsi bagi prajurit wanita yang menjadi korban pemerkosaan atau inses atau yang nyawanya terancam oleh kehamilan.
Reputasi. Louise Slaughter dan Senator. Kirsten Gillibrand, keduanya dari New York, hari Senin mengumumkan undang-undang yang menurutnya akan menempatkan perempuan prajurit setara dengan perempuan lain yang menerima dana federal untuk layanan aborsi ketika mereka menghadapi situasi pemerkosaan, inses atau yang mengancam jiwa. Jumlah tersebut termasuk, kata mereka, penerima Medicare, pegawai federal yang bukan anggota militer, dan perempuan yang menerima perawatan melalui Layanan Kesehatan India.
RUU tersebut juga akan memungkinkan perempuan prajurit menggunakan dana swasta untuk mengakses layanan aborsi di fasilitas militer AS.
“Ketika prajurit perempuan kita mempertaruhkan nyawanya untuk membela negara kita, sangatlah tidak adil jika hak-hak Konstitusi yang mereka bela tidak diberikan kepada mereka,” kata Slaughter dalam siaran persnya. “Bayangkan menjadi korban pemerkosaan di pangkalan militer AS di luar negeri yang tidak mendapat perlindungan aborsi dan kemudian harus beralih ke fasilitas lokal yang berpotensi tidak aman. Ini konyol dan sangat tidak adil bagi perempuan di negara kita yang melayani dengan bangga setiap hari.”
“Sangat disayangkan bahwa perempuan di militer kita tidak mendapatkan perlindungan kesehatan reproduksi dasar yang sama dengan perempuan di seluruh Amerika,” kata Gillibrand. “Kita harus mengakhiri ketidakadilan yang mengerikan ini dan mengizinkan perempuan berseragam untuk menggunakan hak mereka atas layanan kesehatan reproduksi.”
Menurut anggota parlemen, 3.158 serangan seksual dilaporkan di kalangan militer pada tahun 2010, namun Satuan Tugas Pertahanan untuk Pelecehan Seksual di Dinas Militer mengatakan 90 persen serangan seksual tidak dilaporkan.
Namun Marjorie Dannenfelser, presiden Susan B. Anthony List, mengatakan anggota parlemen mengambil arah yang salah dalam meningkatkan akses terhadap layanan aborsi. “Fasilitas medis yang melayani militer kita dimaksudkan untuk melestarikan kehidupan, bukan untuk menghancurkan mereka. Namun RUU ini akan mengubah fasilitas militer menjadi klinik aborsi, dengan menggunakan staf dan peralatan yang disubsidi oleh pembayar pajak. Sudah saatnya industri aborsi berhenti menggunakan militer sebagai sarana untuk melakukan aborsi. memajukan agendanya,” katanya kepada FoxNews.com.
Organisasi-organisasi yang mendukung RUU tersebut antara lain Service Women’s Action Network, American Congress of Obstetricians and Gynecologists, American Civil Liberties Union, Planned Parenthood Federation of America, dan National Women’s Law Center.
Catatan Editor: Versi sebelumnya dari cerita ini secara tidak sengaja diterbitkan menggunakan bahan sumber mentah yang belum diedit.