Bagaimana Google Street View dapat melawan spesies invasif
Tampilan jalan online Google dapat membantu para ilmuwan melacak dan melawan spesies invasif di Internet, kata para peneliti.
Memetakan keberadaan spesies di dunia adalah kunci untuk memantau organisme asli dan invasif. Namun, pengumpulan data ini bisa menjadi tugas yang mahal dan memakan waktu.
Untuk membantu mengatasi masalah ini, para ilmuwan menyelidiki Google Street View, yang melaluinya Google memberikan pemandangan panorama jalan-jalan di ratusan kota di seluruh dunia. Baru-baru ini, Google Street View juga menawarkan pemandangan banyak lokasi terpencil, seperti Antartika, Galapagos, AmazonBase camp Gunung Everest dan Great Barrier Reef di Australia. (7 tempat menakjubkan untuk dikunjungi dengan Google Street View)
Para peneliti fokus pada ngengat pinus (Thaumetopoea kasihancampa), yang ulatnya merupakan salah satu hewan paling merusak yang mengincar pohon pinus dan aras di Eropa Selatan, Asia Tengah, dan Afrika Utara, dengan melahap daun-daun pohon tersebut. Ulat sosial ini membuat sarang sutra putih komunal berukuran besar, yang sangat terlihat, menjadikannya target potensial untuk survei melalui Google Street View.
“Pada awal penelitian ini, saya merasa kami sedang menyelidiki cara operasi yang sangat tidak biasa, setidaknya yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” kata peneliti Jean-Pierre Rossi, ahli ekologi di Institut Penelitian Agronomi Nasional Prancis. , dikatakan.
Para ilmuwan berkonsentrasi pada wilayah seluas sekitar 18.000 mil persegi di Perancis yang baru-baru ini dijajah oleh ulat bulu. Mereka selanjutnya membagi wilayah ini menjadi blok-blok berukuran sekitar 100 mil persegi.
Para peneliti menganalisis data mengenai ada tidaknya sarang ulat di blok-blok ini dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan atau Google Tampilan Jalan. Mereka menemukan bahwa Google Street View 96 persen lebih akurat dibandingkan data lapangan.
Namun, ketika para ilmuwan meneliti wilayah yang lebih kecil, yaitu hanya sekitar 185 mil persegi, yang dibagi menjadi blok seluas 4 km persegi, mereka menemukan bahwa Google Street View hanya mencocokkan data lapangan sebesar 46 persen. Para peneliti mencatat bahwa wilayah yang lebih kecil cenderung memiliki lebih sedikit jalan yang dijangkau oleh Google Street View, sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk menemukan lokasi sarang ulat bulu dengan tepat. Dampak ini mungkin tidak lagi menjadi masalah di masa mendatang seiring dengan meluasnya cakupan Google Street View.
Para peneliti mencatat bahwa tidak semua spesies ideal untuk direkam melalui Google Street View, namun banyak juga yang bisa, misalnya masalah pohon umum yang gejalanya dapat dikenali dari jalan, termasuk penambang daun berangan kuda atau jamur abu mati.
“Data yang dikumpulkan menggunakan Google Street View dapat berguna untuk memantau penyakit atau perluasan organisme invasif,” kata Rossi kepada LiveScience.
Pada bulan Januari, tim ilmuwan lain menemukan bahwa Google Street View juga dapat menemukan lokasi sarang potensial di Spanyol utara bagi burung nasar Mesir yang terancam punah secara global. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa Google Street View dapat membantu para ilmuwan memantau spesies yang terancam punah dan spesies invasif.
Para ilmuwan merinci temuan mereka secara online pada 9 Oktober di jurnal PLOT SATU.
Hak Cipta 2013 Ilmu HidupSebuah perusahaan TechMediaNetwork. Semua hak dilindungi undang-undang. Materi ini tidak boleh dipublikasikan, disiarkan, ditulis ulang, atau didistribusikan ulang.