AstraZeneca bertaruh pada ‘gunting genetik’ untuk serangkaian obat baru
LONDON – AstraZeneca mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya telah menandatangani empat kesepakatan penelitian di bidang pengeditan genom yang populer karena mereka bertaruh pada teknologi “gunting genetik” baru untuk menghasilkan obat yang lebih baik dan tepat untuk berbagai penyakit.
Ikatan akademis dan komersial ini akan memungkinkan AstraZeneca yang berbasis di Inggris untuk menggunakan apa yang disebut teknologi CRISPR di seluruh platform penemuan obatnya di berbagai bidang seperti pengobatan onkologi, kardiovaskular, pernapasan, dan sistem kekebalan tubuh.
CRISPR, yang merupakan singkatan dari clustered regular interspaced short palindromic repeats, memungkinkan para ilmuwan mengedit gen sel yang dipilih secara akurat dan efisien. Hal ini telah menciptakan kegembiraan sejak didirikan dua tahun lalu dan sudah diperkirakan akan menerima Hadiah Nobel.
Kolaborasi dengan Wellcome Trust Sanger Institute di Inggris, Innovative Genomics Initiative di California, Broad Institute dan Whitehead Institute di Massachusetts, dan Thermo Fisher Scientific dibangun berdasarkan program CRISPR internal di AstraZeneca yang telah mengerjakan bagian tersebut.
Produsen obat lain, yang ingin memanfaatkan potensi alat ilmiah baru yang kuat, juga membentuk aliansi.
Awal bulan ini, Novartis dari Swiss membuat kesepakatan dengan Intellia Therapeutics dan Caribou Biosciences, dua perusahaan bioteknologi AS yang tidak terdaftar dan didirikan untuk memanfaatkan CRISPR.
Meskipun teknik-teknik tertentu sudah memungkinkan para ilmuwan untuk menambahkan gen ke dalam sel, CRISPR memungkinkan mereka membuat perubahan pada gen tertentu dengan lebih cepat dan lebih tepat. Penanganannya juga lebih mudah di laboratorium.
Teknik ini didasarkan pada sistem alami yang digunakan bakteri untuk mempertahankan diri terhadap infeksi virus dan mengandung “gunting” enzimatik yang memotong DNA dalam inti sel.
Teknologi ini sudah digunakan oleh para peneliti akademis yang mencoba memahami cara kerja sel dan harapannya adalah bahwa teknologi ini dapat membantu dalam merancang obat yang lebih baik.
AstraZeneca yakin teknologi ini akan memungkinkannya mengidentifikasi dan memvalidasi target obat baru dengan lebih cepat, sehingga mempercepat proses pengembangan obat. Hal ini juga harus mengurangi tingkat kegagalan senyawa eksperimental saat mereka beralih dari uji praklinis ke uji klinis, sehingga penelitian obat menjadi lebih hemat biaya.
“CRISPR adalah alat sederhana namun ampuh yang memungkinkan kita memanipulasi gen yang berpotensi menarik dalam jalur penyakit dan menyelidiki dampak modifikasi ini dengan cara yang sangat tepat,” kata Mene Pangalos, Kepala Pengobatan Inovatif dan Pengembangan Awal AstraZeneca.
Tidak ada rincian keuangan dari kolaborasi tersebut yang diungkapkan, namun AstraZeneca mengatakan akan berbagi lini sel dan senyawa dengan mitranya, berdasarkan model penelitian “inovasi terbuka”. Tidak ada pihak yang akan memiliki target apa pun yang telah diidentifikasi.