Enam orang tewas dalam ledakan restoran Filipina
MANILA (AFP) – Enam orang tewas dan lebih dari dua lusin orang terluka ketika sebuah bom meledak di sebuah restoran di Filipina selatan, menurut polisi dan pejabat setempat.
Polisi mengatakan alat peledak rakitan itu meledak sekitar tengah malam (16.00 GMT Jumat) di sebuah restoran populer di kota pelabuhan selatan Cagayan de Oro.
Motif ledakan tersebut belum jelas, kata kepala polisi Cagayan de Oro Graciano Mijares.
“Kita tunggu saja hasil investigasinya,” imbuhnya.
Cagayan de Oro terletak di pulau utama di selatan Mindanao, yang telah dilanda pemberontakan selama puluhan tahun oleh elemen minoritas Muslim di negara Asia yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.
Pengusaha lokal Noel Arcenas, yang memiliki toko elektronik di kompleks perbelanjaan tempat restoran tersebut berada, mengatakan setidaknya 100 orang berada di dalam toko populer tersebut ketika ledakan terjadi.
“Saya merasakannya ketika mendengar ledakan tersebut,” kata Arcenas, yang menambahkan bahwa dia berdiri sekitar 15 meter (49 kaki) jauhnya.
“Saya menoleh dan melihat gumpalan asap putih. Orang-orang melarikan diri dengan berlumuran darah dan orang-orang yang selamat menyeret setidaknya tujuh atau delapan orang menjauh dari lokasi ledakan.”
Ledakan dahsyat itu menghancurkan panel kaca, membalikkan meja dan kursi, serta merusak mobil yang diparkir hingga jarak 30 meter, kata wartawan di tempat kejadian.
Enam orang yang tewas termasuk politisi lokal Roldan Lagbas, anggota dewan eksekutif provinsi provinsi Misamis Oriental, kata polisi.
Dua puluh delapan orang terluka, banyak di antara mereka adalah perwakilan perusahaan farmasi yang mengadakan pesta di restoran tersebut, tambah polisi.
Walikota Cagayan de Oro Oscar Moreno mengatakan kepada jaringan televisi ABS-CBN bahwa setidaknya dua orang yang terluka berada dalam kondisi kritis.
“Dokter telah merawat mereka dan kami berharap situasi mereka akan segera stabil,” kata Moreno kepada stasiun televisi tersebut.
Ketika ditanya siapa yang menurutnya bertanggung jawab atas serangan itu, dia berkata: “Sulit untuk berspekulasi saat ini.”
Kelompok Muslim termasuk Front Pembebasan Islam Moro (MILF) telah melancarkan perang gerilya untuk mendirikan negara Islam terpisah di Mindanao sejak tahun 1970an, konflik yang diperkirakan telah memakan korban jiwa sebanyak 150.000 orang.
Pemerintahan Presiden Benigno Aquino dan MILF menandatangani perjanjian awal pada Oktober lalu yang menguraikan syarat-syarat umum perjanjian perdamaian yang diperkirakan akan ditandatangani sebelum ia mengakhiri masa jabatan enam tahunnya pada tahun 2016.