Hakim mukjizat Vatikan ‘menyetujui Yohanes Paulus II sebagai orang suci’
KOTA VATIKAN (AFP) – Kongregasi Vatikan yang bertanggung jawab untuk menyaring calon-calon orang suci telah mengakui mukjizat kedua yang dilakukan Yohanes Paulus II, dan hanya menyisakan tanda tangan kepausan yang diperlukan untuk mengesahkan kanonisasi mantan paus tersebut, kantor berita Italia ANSA melaporkan pada hari Selasa.
Paus Polandia kemungkinan akan dikanonisasi pada akhir tahun ini dalam sebuah upacara yang mungkin berlangsung pada bulan Desember, kata badan tersebut.
Pada bulan Juni, para teolog Vatikan mengaitkan mukjizat kedua yang dilakukan Yohanes Paulus II, yang menurut sumber-sumber Vatikan akan “mengejutkan dunia”, kata laporan itu.
Jalan panjang menuju kesucian membutuhkan dua mukjizat yang “dikonfirmasi”, yang pertama diperlukan untuk beatifikasi, sebuah rintangan yang diselesaikan oleh Paus Polandia hanya enam bulan setelah kematiannya pada tahun 2005.
Itu adalah kesembuhan seorang biarawati Perancis, Suster Marie Simon-Pierre, yang kesembuhan dari penyakit Parkinson setelah berdoa memohon “syafaat” mendiang Yohanes Paulus II tidak memiliki penjelasan medis.
Mukjizat kedua dilaporkan terjadi pada hari yang sama ketika Yohanes Paulus II dibeatifikasi dalam upacara mewah di Lapangan Santo Petrus pada tanggal 1 Mei 2011, dan terjadi kesembuhan seorang wanita dari Kosta Rika.
Persetujuan dari Kongregasi Penggelaran Para Kudus di Vatikan harus diikuti dengan dekrit tertulis, yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus, untuk mengesahkan kanonisasi Paus Polandia dan mengumumkan tanggal kanonisasi tersebut.
Agar penyembuhan dapat diakui secara resmi sebagai mukjizat, penyembuhan tersebut harus terjadi secara instan, permanen, dan tanpa penjelasan ilmiah.
Yohanes Paulus II sangat populer selama 27 tahun masa kepausannya, dan pada pemakamannya pada tahun 2005, kerumunan pelayat meneriakkan “Santo Subito!” — yang secara kasar diterjemahkan sebagai “Kesucian Sekarang!”
Menurut laporan pada hari Selasa di surat kabar harian La Stampa, mendiang Paus dapat secara resmi dinyatakan sebagai orang suci pada akhir “tahun iman” bersama dengan salah satu pendahulunya, Yohanes XXIII.
Yohanes XXIII, yang dijuluki “Paus yang Baik”, memerintah dari tahun 1958 hingga 1963 dan membuat namanya terkenal dengan mengadakan Konsili Vatikan Kedua yang bersejarah (1962-1965).
Ia sering dibandingkan dengan Paus Fransiskus karena sikap pastoral dan karismanya.
Pada masa-masa awal Gereja Katolik Roma, kemartiran merupakan alasan yang lebih lazim bagi orang-orang kudus dibandingkan dengan pelaksanaan mukjizat, yang pada zaman modern sebagian besar terjadi secara anumerta.