Ilmuwan Universitas Rochester menciptakan ‘superpolimer’ yang mampu mengangkat 1.000 kali massanya
Para ilmuwan di Universitas Rochester telah menciptakan ‘superpolimer’ jenis baru yang dapat membuktikan teknologi yang sangat berguna dalam industri perawatan kesehatan dan pakaian.
Material yang mampu mengangkat 1.000 kali massanya sendiri ini dikembangkan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Teknik Kimia Mitch Anthamatten. Di sebuah jumpa pers Universitas tersebut menjelaskan bahwa material tersebut dapat diprogram untuk mempertahankan bentuk sementara hingga diaktifkan—biasanya oleh panas—untuk kembali ke bentuk aslinya.
“Menyetel suhu pemicu hanyalah satu bagian dari cerita,” kata Anthamatten. “Kami juga merancang material ini untuk menyimpan sejumlah besar energi elastis, yang memungkinkan material tersebut melakukan lebih banyak pekerjaan mekanis selama pemulihan bentuknya.”
Terkait: Spons berteknologi tinggi dapat menyelamatkan nyawa dalam waktu kurang dari 20 detik
Potensi penggunaan teknologi ini termasuk jahitan medis, kulit buatan, dispenser medis berbantuan panas tubuh, dan pakaian yang dapat dipasang sendiri, menurut universitas tersebut.
Profesor yang mengerjakan proyek tersebut bersama mahasiswa pascasarjana Yuan Meng, menggambarkan polimer seperti karet gelang yang dapat mengunci dirinya menjadi bentuk baru ketika diregangkan. “Sentuhan sederhana menyebabkannya menyusut kembali ke bentuk aslinya,” tambahnya.
Para ilmuwan menemukan cara mengendalikan kristalisasi yang terjadi ketika material didinginkan atau diregangkan. “Saat material mengalami deformasi, rantai polimer diregangkan secara lokal, dan segmen kecil dari polimer sejajar dalam arah yang sama di area kecil – atau domain – yang disebut kristalit, yang memperbaiki material dalam bentuk deformasi sementara,” jelas universitas tersebut, dalam siaran persnya. “Seiring dengan bertambahnya jumlah kristalit, bentuk polimer menjadi semakin stabil, sehingga semakin sulit bagi material untuk kembali ke bentuk aslinya—atau bentuk ‘permanen’.”
Terkait: Peternakan yang dikelola robot akan memanen 30.000 ekor selada per hari
Para peneliti mampu mengubah jumlah dan jenis penghubung molekul yang menghubungkan untaian polimer individu, serta distribusinya ke seluruh jaringan polimer. Artinya, mereka dapat menyesuaikan stabilitas material dan secara tepat mengatur titik leleh yang menyebabkan perubahan bentuk.
Memanaskan polimer hingga suhu mendekati 95 derajat, tepat di bawah suhu tubuh manusia, menyebabkan kristalit pecah dan material kembali ke bentuk permanennya, kata mereka.