Imbalan besar untuk tindakan syukur terkecil
Rasa syukur adalah salah satu hadiah terbesar yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita. Sikap bersyukur saat mereka menjalani hidup akan meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan – baik saat remaja maupun dewasa.
Namun menumbuhkan rasa syukur pada anak-anak kita tidak harus menghabiskan banyak waktu dan tenaga—juga tidak harus melibatkan peristiwa-peristiwa besar dan penuh pengaruh yang dirancang untuk membuat heboh. Itu semua ada dalam beberapa kata kunci dan tindakan. Berikut adalah beberapa strategi “cepat bersyukur” untuk dicoba bersama keluarga Anda.
1: Jadikan itu urusan keluarga.
Anak-anak belajar melalui peniruan. Mereka lebih cenderung belajar dari apa yang mereka lihat kita lakukan dibandingkan dari apa yang kita suruh mereka lakukan. Usahakan untuk memasukkan rasa syukur ke dalam rutinitas harian Anda sebagai sebuah keluarga, bahkan dalam hal terkecil sekalipun. Beritahu anak Anda apa yang membuat Anda sangat bersyukur ketika, misalnya, Anda mengantarkan mereka ke sekolah di pagi hari, atau ketika Anda menidurkan mereka di malam hari.
Ini bisa menjadi rutinitas yang bagus untuk anak kecil. Saat anak-anak memasuki usia “dua puluhan” dan remaja, teruslah ungkapkan rasa terima kasih Anda kepada mereka, bahkan jika komentar Anda ditanggapi dengan pandangan terkejut. Remaja, meskipun ada penolakan yang mereka tunjukkan, tetap mengamati dan belajar dari perilaku orang tuanya. Ubah momen syukur menjadi peluang untuk menjalin hubungan dan percakapan, dan bantulah mendorong praktik syukur sehari-hari.
Penting untuk tidak memaksakan masalah tersebut jika anak Anda tidak langsung tertarik. Terus ungkapkan rasa terima kasih Anda sendiri. Anda akan menunjukkan ide penting yang akan mereka serap seiring berjalannya waktu.
2: Jadikan rasa syukur menjadi nyata.
Hal ini dapat membantu anak memvisualisasikan gagasan tentang rasa syukur, menjadikannya konsep yang lebih konkrit bagi mereka. Misalnya, ide yang menyenangkan adalah “Happy Jar”. Bersama keluarga, tuliskan di selembar kertas apa yang membuat setiap orang merasa sangat bahagia hari itu. Lipat kertasnya dan masukkan ke dalam toples. Mereka dapat dikeluarkan dan dibagikan pada akhir minggu, bulan atau tahun, sebagai cara untuk mengingat semua momen menyenangkan yang dialami sepanjang waktu.
Di keluarga saya, “Happy Jar” telah menjadi ritual malam yang kami semua nantikan. Kami menikmati merenungkan hari itu dan berbagi apa yang membuat kami sangat bersyukur. Bahkan pada hari-hari ketika kami tidak menaruh catatan kami di toples, anak-anak – putri saya berusia 9 tahun, putra saya, 8 tahun – masih menikmati pemandangan toples yang penuh dengan potongan kertas berwarna-warni yang tergeletak di meja. Ini berfungsi sebagai pengingat untuk melihat peluang bersyukur. Ide lainnya adalah dengan membaca buku anak-anak yang mendorong rasa syukur, atau membuat jurnal rasa syukur bersama.
3: Jadikan rasa syukur itu sederhana.
Ingatkan anak bahwa kita bisa mensyukuri hal paling sederhana dalam hidup. Menunjukkan hari yang cerah dan cerah, stroberi yang lezat, nilai yang bagus di sekolah. Meskipun terlihat sederhana, memperhatikan kesenangan kecil dalam hidup dapat membantu menumbuhkan kegembiraan.
Kita ingin mengajari anak-anak kita bahwa kita sering kali menganggap remeh berkah penting seperti air bersih yang mengalir, makanan enak, dan bahkan kesehatan. Kita juga ingin mereka belajar bahwa meskipun kita bisa mensyukuri momen-momen “besar” seperti jalan-jalan ke Disneyland atau pesta ulang tahun istimewa, praktik syukur yang bermakna sebagian besar datang dari memperhatikan keindahan momen-momen biasa. Hal ini sangat penting untuk diingat seiring bertambahnya usia anak.
Remaja rentan untuk membandingkan dirinya dengan teman sebayanya, yang terkadang menimbulkan perasaan tidak berharga atau rendah diri. Mengingatkan remaja kita yang sedang tumbuh akan berkat-berkat kecil dalam hidup dapat membantu mereka menjaga perspektif.
Seiring pertumbuhan anak-anak, seluruh keluarga juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat, yang membantu mengingatkan kita akan banyak hal yang kita anggap remeh setiap hari.
Mempelajari konsep seperti perhatian, kasih sayang, dan rasa syukur saat dewasa dapat menjadi tantangan. Saat kita tumbuh dari masa kanak-kanak hingga dewasa, kita mulai memperhatikan dan perilaku kita menjadi lebih terprogram dan otomatis secara neurologis. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih terfokus untuk mengubah pola kita. Mendorong perilaku ini sejak usia muda dapat membantu memberikan landasan yang kuat bagi anak-anak kita, sejak awal. Dasar-dasar ketahanan dan kesejahteraan dimulai sejak masa kanak-kanak.
Mari kita bantu anak-anak kita, dan diri kita sendiri, dengan berbagi pentingnya rasa syukur dalam menciptakan kehidupan yang bahagia dan sehat.
Monisha Vasa, MD, adalah psikiater umum dan kecanduan bersertifikat di Orange County, California, dan penulis buku anak-anak, “My Dearest One” dan “Say Thank You.”
Lebih lanjut dari LifeZette.com:
Hillary Berhenti untuk Bawa Pulang – dan Pandering
Sebelum membeli rumah: apa yang perlu Anda ketahui