Jam otak yang rumit menjelaskan perasaan kita yang menakutkan akan waktu

Terlepas dari jam atau posisi matahari di langit, manusia dapat mengetahui berapa lama waktu telah berlalu, dan sebuah penelitian baru mengungkap caranya. Studi ini menunjukkan bahwa otak tidak memiliki jam utama, namun setiap sirkuit otak dapat belajar menentukan waktu.
“Orang-orang berpikir ketika Anda harus menentukan waktu, maka ada sesuatu sirkuit jam di otak apa yang kami lihat,” kata rekan penulis penelitian Geoffrey Ghose, ahli saraf Universitas Minnesota. “Penelitian kami menunjukkan bahwa hal ini sebenarnya sangat berbeda. Untuk setiap tugas kecil atau setiap tindakan atau keputusan kecil yang Anda buat, Anda berpotensi mengembangkan representasi waktu.”
Kesadaran akan waktu sangat penting bagi makhluk hidup, kata Ghose kepada LiveScience.
“Seringkali Anda menggunakan isyarat dan peristiwa eksternal untuk mengetahui jam berapa sekarang, seperti melihat ke luar dan melihat di mana matahari berada atau melihat jam,” kata Ghose. “Tetapi Anda memiliki kesadaran akan waktu yang tidak bergantung pada semua itu.” (Bisakah hewan mengetahui waktu?)
Untuk melihat bagaimana otak bertahan waktupara peneliti melatih dua ekor monyet rhesus untuk melihat maju mundur dengan sangat tepat. Ruangan itu tidak memiliki petunjuk eksternal yang dapat membantu monyet mengetahui waktu.
“Mereka pada dasarnya harus menjadi metronom dengan mata bergerak maju mundur,” kata Ghose.
Kemudian Ghose dan rekan-rekannya menggunakan elektroda yang ditanamkan di otak monyet untuk merekam sinyal listrik neuronatau sel otak, di korteks parietal, area yang berhubungan dengan gerakan mata.
Sekitar 100 neuron bertanggung jawab menjaga pergerakan mata monyet tepat pada waktunya, kata Ghose. Saat kera menggerakkan matanya, sinyal listrik menjadi lebih tajam, kemudian berangsur-angsur berkurang hingga tiba waktunya kera untuk memalingkan muka. Tim percaya bahwa lambatnya penurunan aktivitas listrik adalah tanda zaman.
Menariknya, tim tidak berpikir bahwa 100 neuron ini adalah pengatur waktu utama otak. Sebaliknya, Ghose dan rekan-rekannya berhipotesis bahwa otak adalah a perasaan batin akan waktu untuk semua tugas, baik bertemu teman untuk minum kopi atau bermain piano.
“Setiap sirkuit kecil untuk setiap tindakan kecil dapat mengembangkan tindakan seperti bel,” kata Ghose.
Karena pengertian internal tentang waktu dapat dipelajari, mereka yang sangat terlambat mungkin tidak dapat menyalahkan suatu kesalahan jam internalkatanya.
“Agaknya dengan latihan yang cukup, kalau memang penting, seseorang bisa mengembangkan sense of time yang sangat baik,” ujarnya. “Orang-orang yang benar-benar tidak memiliki pemahaman yang baik tentang waktu telah memutuskan bahwa waktu tidak begitu penting atau bermanfaat.”
Temuan ini dipublikasikan secara online pada 30 Oktober di jurnal PLoS One.
Ikuti LiveScience di Twitter @ilmu hidup. Kami juga aktif Facebook & Google+.
Hak Cipta 2012 Ilmu HidupSebuah perusahaan TechMediaNetwork. Semua hak dilindungi undang-undang. Materi ini tidak boleh dipublikasikan, disiarkan, ditulis ulang, atau didistribusikan ulang.