Jumlah korban tewas meningkat menjadi 21 orang akibat runtuhnya tambang milik Amerika di Indonesia
TIMIKA, Indonesia – Tim penyelamat telah menemukan empat jenazah lagi dari ruang bawah tanah yang runtuh di sebuah tambang emas dan tembaga raksasa di Indonesia di AS, sehingga jumlah korban tewas yang dikonfirmasi menjadi 21, kata pejabat tambang pada hari Selasa. Tujuh orang lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan.
Fasilitas pelatihan bawah tanah Big Gossan di tambang PT Freeport Indonesia runtuh pekan lalu saat 38 pekerja sedang menjalani pelatihan keselamatan. Sepuluh penambang yang terluka berhasil diselamatkan.
Pernyataan dari perusahaan mengatakan upaya pemulihan berlangsung 24 jam sehari.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dia telah memerintahkan dua menteri kabinet untuk menyelidiki kecelakaan itu secara pribadi, namun kunjungan mereka ditolak oleh perusahaan tersebut karena upaya penyelamatan masih berlangsung.
Operasi penambangan di tambang Grasberg, milik Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. yang berbasis di Phoenix, Arizona, telah dihentikan sejak kecelakaan tersebut untuk menunjukkan rasa hormat kepada para korban dan untuk fokus pada upaya pemulihan. Perusahaan mengatakan kecelakaan itu diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap operasionalnya.
“Saya akan terus memerintahkan para menteri serta pejabat terkait lainnya untuk berdiskusi dan menyelidiki secara menyeluruh untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk menjamin keamanan di masa depan,” kata Yudhoyono usai memimpin pertemuan membahas kecelakaan tersebut. “Kami akan mengevaluasi seluruh perusahaan pertambangan di Tanah Air, tidak hanya Freeport.”
Richard Adkerson, presiden dan CEO Freeport McMoran Copper and Gold, tiba di lokasi kejadian pada hari Sabtu dan mengunjungi para pekerja yang terluka dan keluarga mereka yang masih terkubur.
“Saya sangat sedih dan kecewa dengan peristiwa ini,” kata Adkerson, seraya menambahkan bahwa “seluruh keluarga Freeport di seluruh dunia bergabung dengan Freeport Indonesia untuk berduka atas kehilangan saudara-saudara kita.”
Tambang Grasberg adalah salah satu produsen tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia.
Lebih dari 20.000 pekerja dipekerjakan di tambang tersebut, yang telah berulang kali menjadi sasaran serangan pembakaran, bom pinggir jalan, dan blokade sejak produksi dimulai pada tahun 1970an. Daerah ini terletak di pegunungan terpencil di provinsi Papua yang kaya sumber daya namun miskin, dan merupakan tempat terjadinya pemberontakan separatis tingkat rendah selama beberapa dekade.