Kekerasan merusak kehidupan sehari-hari di Bangladesh ketika pemogokan oposisi memasuki hari ke-2

Kekerasan merusak kehidupan sehari-hari di Bangladesh ketika pemogokan oposisi memasuki hari ke-2

Pemogokan umum yang dilakukan oleh oposisi mengganggu kehidupan publik di Bangladesh untuk hari kedua pada hari Selasa ketika kekerasan dilaporkan terjadi di beberapa bagian negara tersebut.

Pemogokan berskala nasional ini dimaksudkan untuk memaksa pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina berhenti menyediakan pemerintahan sementara yang terdiri dari orang-orang dari luar partai politik untuk mengawasi pemilu mendatang.

Aktivis oposisi bentrok dengan polisi di distrik barat laut Rajshahi pada hari Selasa, menyebabkan sedikitnya 25 orang terluka, stasiun TV Somoy melaporkan. Tiga aktivis dilaporkan telah ditahan.

Secara terpisah, aktivis Liga Awami yang berkuasa bentrok dengan pendukung oposisi di distrik Munshiganj di Bangladesh tengah, menyebabkan banyak orang terluka, lapor stasiun Channel 24.

Pada hari Senin, hari pertama pemogokan selama 60 jam, dua orang tewas dan puluhan lainnya terluka ketika pengunjuk rasa meledakkan bom rakitan dan membakar mobil.

Keamanan diperketat di ibu kota, Dhaka, dengan tambahan polisi dan penjaga paramiliter di jalan-jalan pada hari Selasa.

Protes ini terjadi ketika pengadilan di Dhaka akan memutuskan pemberontakan tahun 2009 di markas besar penjaga perbatasan negara tersebut. Setidaknya 74 orang, termasuk 57 pejabat militer, tewas dalam pemberontakan tersebut. Keamanan diperketat di sekitar pengadilan.

Serangan serupa yang didukung oposisi pekan lalu juga berubah menjadi kekerasan, dengan sedikitnya 16 orang tewas dalam bentrokan.

Kekerasan ini terjadi di tengah ketegangan yang mendalam di Bangladesh, negara yang sedang berjuang mengatasi kemiskinan ekstrem, politik brutal, dan serangkaian kecelakaan mengerikan yang terkait dengan industri garmen.

Pemilu tersebut, yang diperkirakan akan diadakan pada bulan Januari, telah menjadi titik panas dalam persaingan yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara Hasina dan pemimpin oposisi Khaleda Zia.

Pihak oposisi mengatakan pemerintahan Hasina tidak mampu menyelenggarakan pemilu yang kredibel, dan menginginkan pemerintahan sementara yang netral dari luar partai politik untuk mengawasi pemilu tersebut.

Hasina setuju untuk membentuk pemerintahan sementara, namun dengan anggota dari partai berkuasa dan oposisi.

Selain kekerasan terkait pemilu, pengadilan kejahatan perang yang terjadi sejak perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971 juga menjadi isu politik yang pelik.

Hasina membentuk pengadilan tersebut pada tahun 2010, namun sebagian besar dari mereka yang diadili adalah anggota Jamaat-e-Islami, sebuah partai Islam yang terkait dengan oposisi. Zia mengatakan persidangan tersebut bermotif politik.

Pada hari Minggu, pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada dua warga Bangladesh secara in-abstia atas kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang. Bangladesh mengatakan tentara Pakistan dan kolaborator lokalnya membunuh 3 juta orang dan memperkosa 200.000 perempuan selama perang tahun 1971.

Result SGP