Maroko akan meningkatkan produksi fosfat meskipun harga turun
SKHIRAT, Maroko (AFP) – Maroko berencana untuk melipatgandakan produksi fosfatnya dalam lima tahun ke depan, meskipun terjadi penurunan harga fosfat dunia, dengan biaya yang direncanakan sebesar $15 miliar, kata perusahaan milik negara tersebut pada hari Kamis.
Negara di Afrika Utara, produsen fosfat terbesar ketiga, memiliki lebih dari 70 persen cadangan global dan merupakan eksportir utama mineral yang digunakan dalam pertanian dan industri.
“Produksi tahunan fosfat olahan kami kini berjumlah 30 juta ton, dan pada tahun 2017 akan meningkat menjadi 50 juta ton,” kata Mohammed Soual, kepala ekonom di Moroccan Phosphate Company (OCP), kepada AFP.
Ia mengatakan, perusahaan pelat merah yang menguasai sektor fosfat Maroko ini juga akan meningkatkan produksi pupuk hilirnya dari 3,5 juta menjadi 10 juta ton per tahun pada periode yang sama.
“Total investasi yang dibutuhkan adalah 130 miliar dirham (15 miliar dolar),” tambah Soual, berbicara di sela-sela konferensi industri di dekat Rabat.
Penjualan fosfat Maroko, yang menurut Soual menyumbang 28 persen pendapatan ekspor, berjumlah 23,25 miliar dirham ($2,8 miliar), menurut angka resmi.
Namun angka ini menunjukkan penurunan sebesar 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012, yang menurut Soual disebabkan oleh penurunan harga global.
Namun, dia menegaskan perusahaannya akan melanjutkan rencana investasinya, yang menurutnya “sangat kredibel” dan penting untuk membantu mengamankan pasokan pangan global dengan meningkatkan produktivitas pertanian.
Masalahnya bukan pada harga. Masalahnya kita harus menjamin pasokan pangan dunia. Kita harus lebih bertanggung jawab, katanya.
Produksi tambahan diperkirakan berasal dari tambang di Khouribga dan Benguerir di Maroko tengah.
Kerajaan Arab Saudi telah berjuang selama dua tahun terakhir dengan krisis ekonomi terkait dengan kemerosotan ekonomi di Eropa, mitra dagang utamanya, dengan penurunan tajam pendapatan dari penghasil devisa utama lainnya, yakni pariwisata.
Dalam upaya untuk memperbaiki kondisi keuangan yang buruk, pemerintah Maroko yang dipimpin kelompok Islam akan mulai menerapkan reformasi kontroversial terhadap sistem subsidi negara yang mahal, dengan kenaikan harga bahan bakar diperkirakan akan terjadi pada minggu depan.