Merkel akan membuka Forum Davos di Swiss
JENEWA – Kanselir Jerman Angela Merkel akan menjadi headline pertemuan elit tahunan di Davos, Swiss bulan ini, menyoroti fokus dunia terhadap krisis utang Eropa yang telah mendatangkan malapetaka pada pasar keuangan selama lebih dari dua tahun.
Penyelenggara Forum Ekonomi Dunia mengatakan pada hari Rabu bahwa hampir 40 kepala negara dan 18 gubernur bank sentral dunia akan hadir di antara 2.600 orang yang diharapkan, menjadikannya pertemuan terbesar dalam empat dekade di resor Swiss Alpine.
Pertemuan eksklusif yang dihadiri para pemimpin pemerintah dan dunia usaha serta para VIP dari semua lapisan masyarakat ini diadakan untuk mendorong perdebatan mengenai masalah-masalah paling mendesak di dunia. Keahlian peserta berkisar dari teknologi hingga seni dan sains, dari LSM hingga organisasi media.
“Kami sangat mencari orang-orang di seluruh dunia yang dapat menawarkan solusi,” kata pendiri forum tersebut, Klaus Schwab.
Tokoh masyarakat lain yang diharapkan hadir di resor Swiss Alpine termasuk Christine Lagarde, direktur pelaksana Dana Moneter Internasional, Menteri Keuangan AS Timothy Geithner, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Sekretaris Jenderal Liga Negara-negara Arab, Nabil Elaraby.
Sebagian besar sesi merupakan diskusi off the record. Namun tahun ini forum tersebut meluncurkan serangkaian 29 wawancara dengan tokoh-tokoh terkenal seperti peraih Nobel Muhammad Yunus, yang memelopori kredit mikro sebagai alat pembangunan, dan aktris Michelle Yeoh.
Schwab mengatakan kapitalisme dalam bentuk tradisionalnya sudah tidak berfungsi lagi. Negara-negara besar di dunia terbebani utang dan “gagal mengambil pelajaran” dari krisis keuangan tahun 2008-2009, katanya.
“Kita berada dalam bahaya kehilangan kepercayaan dari generasi mendatang,” katanya. “Pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan, dan apa yang harus kita lakukan, tanpa mencari kambing hitam dan jawaban yang mudah.”
Pertemuan tahunan lima hari tersebut kemungkinan juga akan didominasi oleh diskusi mengenai gelombang protes Arab Spring dan diadakan hanya beberapa bulan sebelum pemilu di Rusia dan Perancis. Forum tahun lalu diadakan ketika Tunisia dan Mesir diguncang oleh protes yang dipicu oleh kurangnya lapangan kerja dan inklusi politik.
Peran Merkel sebagai pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di Eropa akan banyak dibahas dalam forum tersebut.
Jerman membayar sebagian besar dana talangan dalam krisis utang Eropa. Namun terdapat tanda-tanda bahwa perekonomian negara tersebut, yang sejauh ini telah tumbuh pesat selama dua tahun mengalami gejolak keuangan, justru mengalami perlambatan. Beberapa pihak khawatir bahwa hal ini akan semakin melemahkan keinginan negara tersebut untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada sesama negara euro.
Pemerintah Jerman memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2012 menjadi 0,7 persen dari 1 persen pada hari Rabu. Laporan tersebut memperkirakan negara tersebut akan terhindar dari resesi kembali, meskipun kuartal keempat diperkirakan akan menunjukkan kontraksi ekonomi hingga 0,3 persen.
Forum Davos, yang dikritik karena merupakan pertemuan orang-orang kaya dan berkuasa yang tidak terhubung dengan dunia, akan kembali diwarnai protes.
Aktivis yang terinspirasi oleh gerakan Occupy Wall Street mendirikan kamp igloo di luar gedung pertemuan. Tak satu pun dari pengunjuk rasa diundang ke panel tersebut, namun penyelenggara forum yang berbasis di Jenewa mengatakan para aktivis dapat bergabung dengan masyarakat di beberapa acara paralel yang diadakan.
Pekan lalu, Forum Ekonomi Dunia mengatakan krisis keuangan yang terjadi beberapa tahun terakhir telah memicu kebencian yang dapat memicu proteksionisme, nasionalisme, dan kerusuhan sosial.
Dalam sebuah peringatan kepada para pemimpin pemerintahan, organisasi internasional yang bermarkas di Jenewa tersebut mengatakan para pemimpin berisiko menciptakan “masa depan dystopian” karena dampak dari generasi muda yang tidak memiliki prospek, para pensiunan yang bergantung pada negara-negara yang terlilit utang, dan kesenjangan yang semakin besar antara kaya dan miskin. . .