Mesir melarang para pemimpin partai Mubarak mengikuti pemilu

Pengadilan Mesir pada hari Selasa melarang para pemimpin partai yang berkuasa di bawah kepemimpinan Presiden terguling Hosni Mubarak untuk mencalonkan diri dalam pemilu apa pun, sebuah keputusan yang tidak jelas yang dapat mencegah mantan pejabat rezim tersebut untuk kembali ke dunia politik untuk sementara waktu.

Larangan ini muncul saat Mesir mempersiapkan pemilihan presiden akhir bulan ini. Mantan panglima militer Abdel-Fattah el-Sissi, yang menggulingkan penerus Mubarak, tokoh Islamis Mohammed Morsi, siap untuk memenangkan pemungutan suara.

Pengadilan Urusan Mendesak Kairo telah memutuskan bahwa para pemimpin Partai Nasional Demokrat yang dipimpin Mubarak tidak dapat mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, parlemen, atau dewan kota setempat. Keputusan tersebut bersifat mengikat sampai pengadilan yang lebih tinggi mengeluarkan keputusan akhir mengenai permasalahan tersebut, dan kemungkinan besar pengadilan yang lebih tinggi akan membatalkan keputusan tersebut karena melanggar prinsip persamaan hak politik yang diberikan oleh konstitusi.

Namun, peraturan tersebut tidak mendefinisikan apa itu pemimpin partai, sehingga menyulitkan panitia pemilu mendatang untuk menerapkannya. Kasus pengadilan sebelumnya yang mencoba melarang anggota NDP berpolitik untuk jangka waktu tertentu ditolak oleh Mahkamah Konstitusi.

Meskipun NDP dibubarkan dan kantornya ditutup pada tahun 2011, beberapa bulan setelah pemberontakan menggulingkan Mubarak yang otokratis, para anggotanya masih dapat mencalonkan diri dalam pemilu. Beberapa diantaranya mendirikan partai baru, membentuk aliansi dengan partai-partai yang sudah ada, atau mencalonkan diri sebagai partai independen pada pemilu parlemen terakhir, pada tahun 2011.

Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pemilihan parlemen. Namun, para ahli khawatir bahwa dengan tidak adanya partai-partai yang berpikiran liberal dan boikot terhadap kelompok Islamis di parlemen mendatang, terdapat ruang bagi mantan anggota rezim Mubarak untuk mendapatkan kursi.

Keputusan pengadilan ini dikeluarkan sehari setelah el-Sissi memberikan wawancara TV pertama mengenai kampanyenya dan mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin yang mendukung Morsi tidak akan bangkit kembali di bawah pemerintahannya.

Komentar El-Sissi memberikan sinyal tajam mengenai niatnya untuk melenyapkan Ikhwanul Muslimin yang telah berusia 86 tahun, baik sebagai kekuatan politik maupun ideologi di negara tersebut. Kelompok ini menghadapi kebencian masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menyusul naik turunnya kelompok ini dari kekuasaan selama tiga tahun terakhir.

Ketika ditanya apakah Ikhwanul Muslimin tidak akan ada lagi di bawah kepemimpinannya, el-Sissi menjawab: “Ya. Begitu saja.”

“Bukan saya yang menyelesaikannya, orang Mesir yang menyelesaikannya. Masalahnya bukan pada saya,” ujarnya.

Ikhwanul Muslimin dan sekutu Islamnya memenangkan setiap pemilu setelah penggulingan Mubarak, mendominasi parlemen dan merebut kursi kepresidenan di bawah Morsi. Kekuatan elektoral Ikhwanul Muslimin sebagian besar berakar pada organisasi akar rumput yang tersebar luas dan dibangun selama beberapa dekade meskipun dilarang di bawah pemerintahan Mubarak.

Namun setelah satu tahun menjabat, jutaan orang bergabung dalam protes yang menuntut pemecatan Morsi, menuduh Ikhwanul Muslimin memonopoli kekuasaan dan berusaha mengubah identitas negara sejalan dengan ideologi Ikhwanul Muslimin. El-Sissi menggulingkan Morsi pada hari keempat protes tersebut.

unitogel