Parlemen Perancis meloloskan larangan penggunaan cadar

PARIS (AP) – Majelis rendah parlemen Prancis dengan suara bulat menyetujui pelarangan cadar yang mirip burqa pada Selasa, sebuah langkah yang populer di kalangan pemilih Prancis meski ada kekhawatiran serius dari kelompok Muslim dan pembela hak asasi manusia.

Ada 336 suara mendukung RUU tersebut dan hanya satu yang menentangnya di Majelis Nasional. Sebagian besar anggota kelompok oposisi utama, Partai Sosialis, menolak untuk mengambil bagian dalam pemungutan suara – meskipun mereka mendukung larangan tersebut, mereka berbeda pendapat dengan kelompok konservatif pimpinan Presiden Nicolas Sarkozy dalam beberapa aspek mengenai hal tersebut.

Larangan penggunaan cadar akan diajukan ke Senat pada bulan September, dan kemungkinan besar larangan tersebut juga akan disahkan. Rintangan terbesarnya kemungkinan akan terjadi setelahnya, ketika pengawas konstitusi Perancis akan menelitinya. Beberapa pakar hukum mengatakan ada kemungkinan hal itu dianggap inkonstitusional.

Badan utama yang mewakili Muslim Perancis mengatakan bahwa cadar tidak diwajibkan oleh Islam dan tidak pantas di Perancis, namun mereka khawatir undang-undang tersebut akan menstigmatisasi Muslim secara umum.

Perancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa, diperkirakan berjumlah sekitar 5 juta dari 64 juta penduduk negara tersebut. Meskipun jilbab biasa merupakan hal yang umum, hanya sekitar 1.900 perempuan di Perancis yang diyakini mengenakan penutup wajah. Para pendukung RUU ini mengatakan RUU ini menindas perempuan.

Dengan usulan larangan tersebut, pemerintah juga berusaha menegaskan bahwa integrasi adalah satu-satunya jalan bagi imigran minoritas. Prancis mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan generasi imigran dan anak-anak mereka, sebagaimana dibuktikan dengan terjadinya kerusuhan selama berminggu-minggu yang dilakukan oleh kaum muda, banyak dari mereka adalah minoritas, di lingkungan yang bermasalah pada tahun 2005.

Di Majelis Nasional, hanya sedikit penentang yang berbicara tentang kebebasan sipil atau kekhawatiran akan memicu sentimen anti-Islam.

Niqab dan burqa umumnya dipandang sebagai pintu gerbang menuju ekstremisme dan serangan terhadap hak-hak perempuan dan sekularisme, yang merupakan nilai sentral Perancis kontemporer.

Cadar yang menutupi seluruh tubuh “adalah panji ideologi sektarian” dan mengancam “martabat manusia”, kata ketua kelompok hak asasi perempuan Prancis Ni Putes Ni Soumises, Sihem Habchi, dalam sebuah esai di harian Liberation, Selasa.

Kritikus mengatakan usulan larangan tersebut merupakan taktik sinis yang dilakukan oleh pemerintahan konservatif Presiden Prancis Nicolas Sarkozy untuk menarik pemilih sayap kanan.