Pasien dengan demensia lebih mungkin untuk mendapatkan alat pacu jantung
Orang dengan demensia lebih mungkin untuk mendapatkan alat pacu jantung dibandingkan orang tanpa gangguan kognitif, menurut sebuah studi baru.
Studi ini tidak dapat menjelaskan mengapa penderita demensia lebih cenderung mendapatkan perangkat yang membantu mengendalikan ritme jantung tidak teratur, menurut penulis utama.
“Ini mungkin sangat tepat,” kata Nicole Fowler. “Mungkin ada sesuatu yang belum dapat kita ukur yang membuat penderita demensia lebih membutuhkannya.”
Alternatifnya, katanya kepada Reuters Health, perbedaan tersebut bisa berarti anggota keluarga atau dokter memilih pengobatan yang lebih agresif untuk penderita demensia.
Fowler mengerjakan studi baru ini saat berada di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh. Dia sekarang berafiliasi dengan Pusat Penelitian Penuaan Universitas Indiana di Indianapolis.
Dia dan rekan-rekannya menulis dalam sebuah surat penelitian di JAMA Internal Medicine bahwa orang dengan demensia dan masalah gangguan berpikir dan memori yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan juga dapat memiliki masalah jantung.
Para penderita demensia, anggota keluarga dan dokter mereka perlu mempertimbangkan risiko dan manfaat penggunaan alat pacu jantung, tambahnya.
Untuk studi baru ini, para peneliti menganalisis data 16.245 orang yang ditemui di 33 pusat penyakit Alzheimer dari September 2005 hingga Desember 2011.
Pada kunjungan pertama mereka ke pusat-pusat tersebut, sekitar 46 persen orang tidak memiliki bukti demensia. 21 persen lainnya mengalami gangguan kognitif ringan dan 33 persen menderita demensia.
Selama penelitian, empat dari setiap 1.000 orang yang tidak memiliki tanda-tanda demensia pada kunjungan pertama mereka menerima alat pacu jantung setiap tahunnya. Angka tersebut meningkat menjadi 4,7 per 1.000 orang di antara mereka yang mengalami gangguan kognitif ringan dan 6,5 per 1.000 orang di antara mereka yang menderita demensia.
Para peneliti menemukan bahwa penderita demensia 60 persen lebih mungkin untuk menerima alat pacu jantung dibandingkan mereka yang tidak menderita demensia setelah memperhitungkan usia, jenis kelamin, ras, lokasi, kesehatan jantung, tekanan darah, risiko stroke dan penurunan kognitif selama penelitian.
Mereka menulis bahwa temuan ini bertentangan dengan ekspektasi bahwa orang dengan kondisi serius dan seringkali fatal mungkin akan diperlakukan kurang agresif.
Penelitian tambahan akan diperlukan untuk mengetahui secara pasti mengapa penderita demensia lebih mungkin menerima alat pacu jantung, kata Fowler.
“Keputusan medis untuk pasien demensia sangatlah sulit,” katanya. “Kami tahu dari data bahwa keluarga benar-benar kesulitan mengambil keputusan medis. . . Penting untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan pasien dan keluarga untuk mendukung pengambilan keputusan mereka.”