Pesawat militer Indonesia mungkin mengalami masalah mesin
MEDAN, Indonesia – Pesawat angkut militer Indonesia yang sudah tua dan jatuh di pinggiran kota Medan, menewaskan 141 orang, memiliki “kelainan” baling-baling yang menandakan mesinnya mati, kata panglima angkatan udara pada hari Kamis.
Marsekal Udara Agus Supriatna mengatakan kepada wartawan, fakta pesawat berbelok tepat setelah lepas landas dan terbang dengan kecepatan lebih rendah dari biasanya juga mengindikasikan adanya kerusakan mesin.
Sebelum jatuh tak lama setelah lepas landas pada hari Selasa, C-130 Hercules menabrak antena radio setinggi 115 kaki, katanya. “Kena antenanya, saya bayangkan pasti berdampak pada pesawat,” kata Supriatna.
Pencarian mayat berakhir pada hari Rabu. Pesawat tersebut membawa 122 orang dan dampaknya juga menewaskan orang-orang di darat. Puing-puing pesawat telah dipindahkan dari lingkungan di kota terbesar ketiga di Indonesia dan dua jalan di dekatnya dibuka kembali. Bau bahan bakar jet masih tercium di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.
Juru bicara TNI AU Dwi Badarmanto mengatakan pihaknya telah melarang terbang pesawat Hercules tipe B lainnya sambil menunggu penyelidikan. Dia tidak mengatakan berapa banyak pesawat yang terlibat.
Supriatna mengatakan, temuan awal penyelidikan menunjukkan bahwa baling-baling “dipegas” oleh pilot, yaitu istilah teknis yang digunakan untuk menggambarkan posisi sudut tinggi pada baling-baling yang mengurangi kecenderungan pesawat untuk miring ke arah ayunan. mesin yang gagal.
“Kalau ada pegas berarti mesin mati,” ujarnya.
C-130 membawa lebih banyak penumpang daripada yang dilaporkan militer sebelumnya. Awalnya, TNI AU menyebut ada 12 awak pesawat berusia 51 tahun itu dan tidak menyebutkan nama penumpangnya. Hal ini kemudian berulang kali meningkatkan jumlah penumpang, sehingga menimbulkan kebingungan mengenai berapa banyak orang yang naik dan turun selama perjalanan yang mencakup beberapa kota.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah memerintahkan peninjauan terhadap pesawat angkatan udara yang sudah tua dan perangkat keras militer lainnya. Belanja militer Indonesia setara dengan 0,8 persen PDB, menurut Bank Dunia, sekitar setengah dari belanja negara tetangganya, Malaysia dan Thailand. Krisis uang tunai bagi angkatan bersenjata Indonesia diperburuk oleh luasnya wilayah negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau dan mencakup tiga zona waktu.
Kecelakaan C-130 terakhir di Indonesia terjadi pada tahun 2009, ketika sekitar 100 orang meninggal. Pesawat tersebut menabrak deretan rumah saat hendak mendarat di sebuah pangkalan udara di provinsi Jawa Timur.
Pada saat itu, ada seruan untuk menambah anggaran militer untuk menggantikan pesawat yang sudah tua.