Politisi Pakistan menyerukan perundingan damai dengan Taliban
ISLAMABAD (AFP) – Politisi Pakistan pada Senin mendukung seruan Perdana Menteri Nawaz Sharif untuk memulai pembicaraan damai dengan Taliban yang bertujuan mengakhiri pertumpahan darah selama lebih dari satu dekade.
Perwakilan dari koalisi utama dan partai oposisi yang bertemu dalam Konferensi Semua Partai (APC) meminta pemerintah untuk “memulai dialog” dengan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP).
“Kami menaruh kepercayaan penuh pada upaya Perdana Menteri dalam hal ini dan meminta pemerintah federal untuk memulai dialog dengan semua pemangku kepentingan,” bunyi resolusi yang disahkan oleh para perwakilan.
Langkah ini dilakukan sebulan setelah Sharif menyerukan pembicaraan dengan TTP dalam pidato pertamanya di televisi sejak menjabat setelah memenangkan pemilu pada bulan Mei.
Para pemimpin militer dan intelijen Pakistan juga menghadiri konferensi tersebut, begitu pula partai-partai sekuler yang membentuk pemerintahan sebelumnya yang mendukung operasi militer melawan pemberontak.
Shahidullah Shahid, juru bicara utama Tehreek-e-Taliban, menyambut baik langkah tersebut dan mengatakan bahwa Syura (Dewan) Taliban akan bertemu dalam dua hari ke depan untuk membahas masalah ini.
“Kami menyambut baik, untuk pertama kalinya pemerintah menunjukkan keseriusan untuk mengadakan pembicaraan damai,” kata Shahid kepada AFP melalui telepon dari lokasi yang dirahasiakan.
“Syura kami akan bertemu selama dua hari ke depan dan membahas tawaran ini. Kami akan menyusun strategi untuk pembicaraan tersebut dan akan mengumumkannya nanti.”
Pakistan telah memulai pembicaraan damai dengan kelompok militan di masa lalu.
Namun perjanjian-perjanjian sebelumnya telah gagal dan mendapat kecaman tajam baik dari dalam negeri maupun Amerika Serikat karena memberikan ruang bagi kelompok ekstremis untuk berkumpul kembali sebelum gelombang serangan baru dimulai.
Para pihak juga menyatakan ketidaksenangan mereka atas serangan pesawat tak berawak AS yang terus berlanjut dan meminta pemerintah untuk mengangkat masalah ini secara internasional.
“Pemerintah federal harus mempertimbangkan kemungkinan membawa masalah drone ke PBB karena serangan drone merupakan pelanggaran hukum internasional,” kata resolusi tersebut.
Pemerintah Pakistan menganggap serangan pesawat tak berawak AS sebagai pelanggaran kedaulatannya, namun Washington memandangnya sebagai alat penting dalam perang melawan al-Qaeda dan Taliban.
Pakistan mengatakan lebih dari 40.000 orang tewas di negaranya akibat pemboman dan serangan bunuh diri yang dilakukan oleh Taliban dan militan pimpinan al-Qaeda yang menentang aliansi Islamabad dengan AS dan NATO dalam perang melawan teror.