Serangga menginspirasi drone mini militer

Serangga menginspirasi drone mini militer

Apakah itu tawon? Apakah itu laba-laba? Apakah itu seekor lalat? Ini sebenarnya adalah drone kecil yang melakukan misi pengawasan militer.

Robot kecil yang bisa terbang dan merangkak, terinspirasi oleh serangga dan hewan, akan segera membantu angkatan bersenjata.

Program Micro Autonomous Systems and Technology (MAST) merupakan hasil kerja sama Laboratorium Penelitian Angkatan Darat dengan sejumlah tim dari kalangan industri dan akademisi.

Inisiatif 10 tahun ini, yang dimulai pada tahun 2007, bertujuan untuk menciptakan robot mikro generasi berikutnya yang cerdas. BAE Systems adalah pemimpin industri untuk proyek ini, yang juga melibatkan NASA Jet Propulsion Lab, Universitas Maryland, Universitas Michigan, dan Universitas Pennsylvania.

Robot mikro yang terinspirasi dari MAST dapat memberi pasukan darat, unit kecil, dan prajurit individu kemampuan untuk melakukan pengawasan di lingkungan perkotaan yang kompleks dan medan yang sulit – sehingga secara signifikan meningkatkan keselamatan mereka.

Bagaimana penampilan mereka?

Salah satu prototipe BAE Systems tampak seperti lalat dan beratnya kurang dari satu ons. Sambungan karbonnya yang ringan membantu robot meniru lalat sungguhan. Dengan lebar sayap lebih dari satu inci, sayapnya mengepak 110 kali per detik.

Robot terkecil dari University of Pennsylvania memiliki berat kurang dari tiga perempat ons dan sangat cepat – bergerak dengan kecepatan sekitar 53 panjang tubuh per detik.

Teknologi lainnya menyerupai laba-laba dan kadal.

Bagaimana robot mikro ini dapat digunakan?

Robot-robot tersebut dapat dikirim dalam misi mengumpulkan data penyelamat nyawa bagi pasukan garis depan.

MAST berharap dapat menghasilkan banyak mikrobot berbeda yang akan memberikan tentara mata dan telinga ekstra untuk lingkungan berbeda. Di perkotaan, medan yang kasar atau kompleks, mikrobot dapat sangat berguna bagi unit-unit kecil, memberikan mereka kesadaran situasional yang lebih baik.

Microbot dapat memanfaatkan ukurannya untuk bergerak tanpa suara dan mengakses ruang kecil dengan mudah.

Misalnya, jika sebuah unit mendekati sebuah gedung dan perlu mengetahui apa yang ada di dalamnya, tentara dapat mengerahkan tim mikrobot pengintai. Robot-robot tersebut dapat memasuki gedung tanpa terdeteksi, mencari interior, memetakan tata letak, dan memberikan data tentang penghuni gedung dan lokasinya.

Tentara mungkin juga harus memasuki area di mana teknologi GPS tidak berfungsi, seperti di bawah tanah. Ini akan menjadi skenario lain dimana mikrobot dapat menyediakan pemetaan dan navigasi 3D.

Mereka juga dapat digunakan untuk melacak dan melacak orang atau mendeteksi ancaman seperti bahan peledak dan bahan pembuat bom.

Bot akan mengetahui posisi relatif robot mereka dan dapat mendeteksi rintangan di jalur tim pengawasan mini. Drone mini yang terbang juga akan mendeteksi rintangan dan ancaman yang terletak di atas, di bawah, di kedua sisi, dan di belakang mikrobot.

Versi teknologi berbasis darat akan mampu menyesuaikan metode pergerakannya dengan medan yang berbeda.

University of Pennsylvania telah berupaya memberikan robot mereka kemampuan untuk secara otomatis mengkonfigurasi ulang dan beradaptasi dengan perintah manusia dan lingkungan mereka.

Untuk memastikan bahwa mikrobot ini dapat dipantau dan dikelola secara berkelompok, tim ini menciptakan metode penginderaan, komunikasi, kontrol, dan komputasi yang canggih.

Robot-robot tersebut akan dapat beroperasi sendiri dan pada akhirnya dapat dilengkapi dengan berbagai sensor untuk lokasi dan orientasi. Mereka juga dapat menyediakan data tambahan dari sensor audio, termal, magnetik, dan kimia.

Memahami serangga

Serangga dan hewan lainnya menjadi kunci pengembangan mini drone. Mencari tahu bagaimana serangga merasakan lingkungannya, bergerak dan bereaksi terhadap ancaman dapat menghasilkan terobosan.

Laboratorium Penelitian Angkatan Darat, misalnya, mempelajari biomekanik kalajengking. Bulu-bulu di lengan kalajengking dapat merasakan getaran dan mengidentifikasi ancaman di lingkungannya. Para peneliti ingin meniru kemampuan ini, sehingga robot dapat mendeteksi langkah kaki dan, jika perlu, bersembunyi.

Sistem ekor kalajengking membantunya mengubah pusat gerak dan gravitasinya. Para ilmuwan juga telah mempertimbangkan untuk membuat versi robotik dari ekor kalajengking, yang membantu arthropoda mengubah pusat gerak dan gravitasinya.

slot