Sudan Selatan: Produksi minyak penuh mungkin memerlukan waktu 1 tahun

Sudan Selatan: Produksi minyak penuh mungkin memerlukan waktu 1 tahun

Sudan Selatan mengatakan akan memakan waktu hingga satu tahun untuk melanjutkan produksi minyak di beberapa ladang minyaknya karena kerusakan yang disebabkan oleh pasukan Sudan selama bentrokan militer pada bulan April.

Penilaian sedang dilakukan oleh tim dari kementerian dan operator minyak di negara tersebut untuk menentukan secara pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melanjutkan pemompaan minyak, kata Menteri Perminyakan dan Pertambangan Sudan Selatan, Stephen Dhieu Dau. Semua minyak Sudan Selatan diproduksi di negara bagian Unity dan Upper Nile di sepanjang perbatasan.

Ladang Upper Nile membutuhkan waktu empat hingga enam bulan untuk kembali berproduksi penuh, sedangkan ladang Unity bisa memakan waktu antara 10 dan 12 bulan, katanya.

Sudan Selatan memperkirakan sekitar 80 persen produksi minyaknya berasal dari Negara Bagian Upper Nile. Campuran minyak yang diproduksi di Unity State lebih ringan dan lebih mudah untuk disuling serta memiliki harga yang lebih tinggi di pasar internasional.

Sudan Selatan mewarisi sekitar 75 persen produksi minyak Sudan ketika memisahkan diri dari Sudan dan menjadi negara merdeka pada Juli 2011. Namun negara-negara Selatan harus mengekspor minyaknya melalui pipa-pipa di Sudan, dan keduanya tidak sepakat mengenai biaya penggunaan pipa-pipa tersebut, sehingga memicu perang habis-habisan antara kedua negara.

Sudan Selatan menghentikan produksi minyaknya pada bulan Januari setelah menuduh Sudan mencuri ekspor minyaknya. Sudan mengatakan pihaknya mengambil minyak tersebut sebagai pengganti biaya transportasi yang belum dibayar. Minyak menyumbang hampir 98 persen pendapatan Sudan Selatan, dan perekonomiannya menderita selama penutupan pemerintahan.

Hubungan antara kedua Sudan sangat tegang sejak bulan April, ketika tentara Sudan Selatan secara paksa menyita sumur minyak yang disengketakan dalam konflik bersenjata yang mengancam akan meningkat.

Kedua negara baru-baru ini mencapai kesepakatan prinsip mengenai biaya ini setelah negosiasi berbulan-bulan di Addis Ababa, Ethiopia. Perjanjian tersebut tidak akan ditandatangani sampai permasalahan lain yang belum terselesaikan akibat perpecahan Sudan. Yang masih dibahas adalah isu-isu utama demarkasi perbatasan dan status Abyei, wilayah yang diklaim oleh kedua belah pihak.

Dhieu Dau adalah bagian dari tim perunding Sudan Selatan dan akan ambil bagian dalam perundingan tersebut ketika perundingan dilanjutkan di ibu kota Ethiopia pada hari Senin. Menurut Dau, “Sudan Selatan mengharapkan perjanjian tersebut ditandatangani sebelum tanggal 22 September,” ketika batas waktu Uni Afrika untuk perundingan berakhir.

Kesepakatan minyak telah meningkatkan harapan bahwa negosiasi yang telah berlangsung lama pada akhirnya akan menghasilkan kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai isu-isu kontroversial dan belum terselesaikan. Sudan Selatan mengatakan pihaknya akan terus melanjutkan rencana membangun jaringan pipa alternatif sehingga tidak harus mengekspor minyak melalui Sudan.

Juba telah menandatangani nota kesepahaman dengan Djibouti dan Ethiopia serta Kenya sebagai mitra potensial dalam proyek pipa baru. Menteri Perminyakan mengatakan studi kelayakan untuk setiap jalur pipa harus diselesaikan dalam enam bulan ke depan, setelah itu kementerian akan memutuskan proyek mana yang akan dilanjutkan.

Beberapa analis memperkirakan bahwa cadangan minyak Sudan Selatan akan menurun dalam beberapa tahun mendatang, sehingga proyek pipa tersebut menjadi tidak praktis. Namun menteri perminyakan mengatakan negaranya memperkirakan produksi minyak akan meningkat dalam lima tahun ke depan, sehingga pembangunan jaringan pipa baru merupakan suatu keharusan.

link alternatif sbobet